Rabu, 04 November 2015

Karateristik Kota Probolinggo


  
Probolinggo adalah salah satu kota di Jawa Timur yang terletak sekitar 100 Km sebelah tenggara dari Surabaya. Karena letak geografisnya yang dekat dengan selat Madura inilah kota ini memiliki pelabuhan yang cukup besar dan kota ini biasanya dijadikan daerah transit yang menghubungkan dengan kota-kota lain seperti Banyuwangi, Jember, Lumajang, Situbondo, dll. Julukan yang paling terkenal untuk Probolinggo adalah Kota Mangga dan Anggur. Mengapa demikian? Karena jumlah Mangga dan Anggur di daerah Probolinggo sangat banyak dan kota inilah penghasil Mangga dan Anggur terbaik di Jawa Timur. Mangga yang menjadi ciri khas yaitu Mangga Manalagi. Rasanya yang manis dan lezat membuat banyak orang menyukai buah yang satu ini.
Selain buah-buahan, Probolinggo memiliki makan khas yaitu Nasi Glepungan. Namanya cukup aneh, tapi rasanya sangat lezat sekali. Nasi Glepungan terdiri dari ikan asin, lalapan, sambal pedas, nasi glepungan (sari-sari jagung), sayur kelor, temped an tahu penyet. Kota Probolinggo merupakan pusat makanan sederhana, selain Nasi Glepungan, Probolinggo memiliki makanan khas lagi yaitu Kerupuk Ikan Tengiri. Kerupuk ini terbuat dari campuran ikan tengiri dengan bahan-bahan lainnya.
            Ciri khas dan Makanan khas sudah kita bahas. Nah, sekarang kita bahas Kebudayaan khas dari Probolinggo. Ada bermacam-macam Kebudayaan yang dimiliki oleh Kota kecil yang satu ini, contohnya Tari Glipang, Ludruk, Petik Laut, Perahu Hias, dll. Mari kita bahas satu persatu Kebudayaan yang ada di Probolinggo ini.

  1. Tari Glipang
Tari Glipang lahir di desa Pendil, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo ini sudah lama dikenal masyarakat. Tari Glipang Berasal dari kebiasan masyarakat. Kebiasaan yang sudah turun temurun tersebut akhirnya menjadi tradisi. Pak Parmo yang merupakan cucu dari pencipta Tari Glipang ini mengatakan bahwa “Glipang” bukanlah nama yang sebenarnya dari tarian tersebut. Awalnya nama tari tersebut adalah “Gholiban” berasal dari bahasa arab yang berarti kebiasaan.

  1. Ludruk
Ludruk merupakan suatu bentuk pementasan drama kehidupan yang disajikan dengan pendekatan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Ludruk tumbuh dan berkembang hamper disemua daerah di Jawa Timur bagian Timur termasuk di daerah Probolinggo. Tampilan ludruk khas Probolonggo memiliki perbedaan dengan ludruk-ludruk lainnya, yakni pada bahasa yang dipakai Ludruk Probolinggo menggunakan bahasa Jawa Ngoko yang di campur dengan bahasa Madura Pesisiran, baik dalam bentuk kidungan maupun dialog para pemainnya.

  1. Petik Laut
Petik Laut merupakan lomba balap perahu yang di adakan pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum puasa). Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa.

  1. Perahu Hias
Lomba Perahu Hias merupakan tradisi masyarakat pesisir kota Probolinggo yang secara beriringan untuk berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 4 September, yang bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo.

Dan satu lagi kebudayaan di daerah Probolinggo yang terkenal, tepatnya di daerah Tengger Kabupaten Probolinggo yaitu Upacara Kasada. Upacara Kasada adalah Upacara untuk umat beragama Hindu, yang di laksanakan pada tanggal 14-15 dilakukan di ponten pure luhur. Banyak sekali masyarakat yang menyaksikan upacara yang dimulai pukul 05.00 ini. Setelah upacara, melabuhkan sesaji berupa hasil bumi yang sudah di mantrai dukun kekawah Gunung Bromo. Upacara dilaksanakan pada saat purnama bulan Kasada (ke dua belas) tahun saka, upacara ini juga disebut dengan Hari Raya Kurba.Karakteristik sosial ini penduduk Kota Probolinggo dapat dilihat dari segi etnik dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Probolinggo dilihat dari sosial budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan berkembang menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku, sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Suku Madura yang terkenal ulet, lugas, terbuka, dan kuat dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi). Selain itu perpaduan masyarakat dan budaya yang masih asli dicerminkan dengan gotong royong, dan adat budaya khas, serta diwarnai dengan unsur Islam.
Hal ini dapat dipandang sebagai potensi masyarakat sehingga menjadi modal dalam peningkatan sumber daya manusia sehingga terbentuk suatu masyarakat yang handal dan berkembang dan mudah tanggap terhadap kemajuan. Lebih dari itu potensi potensi yang ada menjadikan ketahanan sosial masyarakat akan mampu menangkal dan menyaring kemungkinan adanya pengaruh budaya luar yang negatif.
Salah satu wujud kekhasan budaya masyarakat ialah lahirnya seni budaya khas daerah seperti seni tari, seni suara, seni musik dan seni rupa. Hal ini selain memperkuat budaya masyarakat juga menjadi aset yang bisa dikembangkan untuk wisata maupun industri.
klik disini !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar